Para ilmuwan dalam penelitian itu menuliskan:
"Studi ini menyoroti pentingnya mengidentifikasi keanekaragaman dan distribusi virus corona kelelawar untuk mengurangi wabah di masa depan."
Meskipun diyakini bahwa lonjakan terjadi setelah virus itu menyebar dari hewan ke manusia.
Namun, beberapa meyakini bahwa virus itu sebenarnya adalah buatan dan lepas dari sebuah laboratorium di Wuhan.
DiwartakanDaily Mail, pemerintah Inggris tak bisa mengabaikan tuduhan tentang virus yang lolos dari laboratorium.
Meskipun pada kenyataanya China berulang kali menyangkal tuduhan itu.
Sementara mereka mengatakan dengan tegas bahwa tidak ada kebocoran virus terjadi di laboratorium China.
Laboratorium yang meneliti virus corona itu dibuat pada 2002 dan 2003 setelah wabah SARS muncul.
Baca Juga: Sumbang 50 Persen Populasi Babi di Bumi, China Harus Rela Memusnahkan Puluhan Ribu Babi demi Hal Ini
Pakar keamanan hayati AS Profesor Richard Ebright dari Institute Mikrobiologi Warksman Universitas Rutgers, New Jersey, AS mengatakan bahwa jika virus itu tidak diciptakan di laboratorium, virus itu bisa lolos dariasalnya ketika dianalisis.
Dia mengatakan, "pengumpulan virus, kultur, isolasi atau infeksi hewan akan menimbulkan risiko besar pekerja laboratorium dan masyarakat."