Suar.ID - Babi dari China kini sedang menghadapi wabah yang cukup serius.
Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization - FAO - Badan Khusus PBB), yang menjadi ujung tombak upaya internasional untuk mengendalikan virus mematikanbabi, kini berencana untuk mengeluarkan rekomendasi bagi pemerintah setelah pertemuan di Bangkok pekan ini.
Filipina pekan lalu memerintahkan larangan sementara pada babi dan produk-produk terkait babi dari China, Rusia dan empat negara Eropa untuk mencegah demam babi Afrika.
"Lebih banyak negara akan mengikuti kebijakan," kata FAO.
Penyakit virus yang menular yang tidak membahayakan manusia, 100 persen fatal bagi babi, menyebabkan mereka meninggal karena penyakit hemorrhagic dalam beberapa hari.
Puluhan ribu babi telah dimusnahkan untuk mengendalikan wabah di China, yang menyumbang lebih dari separuh babi di muka bumi.
FAO menjadi tuan rumah pejabat pemerintah dan industri daging babi dari seluruh Asia Pasifik pada pertemuan tiga hari yang berakhir pada hari Jumat.
"Pada Jumat ini, kami akan datang dengan kerangka kerja untuk aksi prioritas masing-masing negara," kata Wantanee Kalpravidh, manajer regional Pusat Darurat FAO untuk Penyakit Hewan Lintas Batas, pada hari Rabu.
China telah mendeteksi wabah demam babi Afrika di sebuah peternakan Provinsi Anhui, kasus ke-10 sejak wabah pertama virus mematikan ditemukan lebih dari sebulan yang lalu, kata penyiar negara China Central Television pada hari Kamis.
Laporan itu mengatakan bahwa dari 886 babi di peternakan di daerah Fengyang di kota Chuzhou, 22 telah meninggal dan 62 terinfeksi.
Wabah ini adalah yang kelima sejak Minggu dan relatif dekat dengan empat kasus lainnya di wilayah Provinsi Timur, menimbulkan kekhawatiran tentang meningkatnya kecepatan infeksi di wilayah tersebut.
Penyakit ini telah menempuh jarak yang sangat jauh di daerah produsen daging babi terbesar di dunia yaitu di Jiamisu, Heilongjiang, di perbatasan dengan Rusia ke Wenzhou, di Provinsi Zhejiang.
"Kami hanya melihat permulaan. Kami belum melihat akhirnya,"kepala petugas hewan FAO.
Para peneliti percaya virus itu mungkin telah datang ke China melalui makanan yang terkontaminasi yang diumpankan ke babi, itu bisa menyebar ke negara lain dengan cara yang sama.
Meskipun China adalah produsen daging babi utama, sebagian besar produksinya dikonsumsi di dalam negeri.
Banyak negara, termasuk Australia, melarang babi dan produk yang mengandung babi dari China karena risiko pengenalan penyakit ternak lainnya seperti penyakit mulut dan kuku. (Adrie Saputra)