Dia mendengar kabar itu dari bos dan keluarganya,bahwa terdapat musibah pesawat hilang kontak pada tanggal 9.
"Keluarga sempat khawatir dengan adanya kejadian tersebut. Waktu kami membatalkan tiket penerbangan tidak memberikan informasi kepada pihak maskapai Sriwijaya Air," kata Yulius.
"Setahu orang-orang kami menaiki pesawat padahal kami sudah beralih menggunakan kapal laut. Jadi, tiket kami juga aktif di pihak maskapai Sriwijaya Air."
Orangtuanya menunggu kabar dari tanggal 9 malam sampai tanggal 10 pagi karena nama yulius paling atas di daftar manifes.
Setelah sampai di dekat pelabuhan, ia mencoba menghubungi orang tua dan keluarganya.
"Orangtua saya menangis, mengira bahwa saya sudah kenapa-kenapa. Semua jalan Tuhan saya bisa selamat dan memang nasib saya beserta teman saya," tambahnya.
Selain itu, jika Yulius memang memaksakan untuk tes Swab PCR, ia tidak tahu lagii akan duduk disini lagi atau sudah di tempat yang lain," pungkasnya.
Paulus Yulius Kollo lantas menceritakan pengalamannya.
“Kita dari Makassar sampai di Jakarta dari pukul 19:00 WIB tanggal 5 Januari. Waktu itu, kita transit menuju ke Kota Pontianak," kata Yulius lagi.
"Transit dari Pesawat itu menjadi Pukul 05:00 Wib tanggal 5. Kita menginap di Bandara, kebetulan ada keluarga di Kota Jakarta jadi menginap semalam."
Paulus bersama rombongan terdiri dari enam orang saat itu.