Operasi pelatihan secara rutin terjadi di perairan, oleh semua negara yang mengklaim wilayah tersebut.
Angkatan Laut AS secara teratur menjalankan masalah pertempuran armada yang memungkinkan militer untuk menguji bagaimana mereka akan mengerahkan pasukannya jika konflik meletus.
AS juga dilaporkan membutuhkan dana sekitar US$ 2 miliar untuk memproduksi 10 kapal permukaan tak berawak selama lima tahun ke depan.
Namun, permintaan ini masih mendapat tantangan dari Kongres.
Di sisi lain, China telah mengklaim hampir semua bagian Laut China Selatan yang strategis.
Negara lain yang memperdebatkan hak mereka atas perairan itu termasuk Brunei, Indonesia, Taiwan dan Filipina.
Selama bertahun-tahun, Washington telah turun tangan untuk mendukung negara-negara tetangga Asia yang terancam oleh militer China.
Kejadian ini, bersama dengan kritik lain dari AS seputar penanganan China atas Hong Kong, telah menyebabkan hubungan diplomatik keduanya merosot ke posisi terendah.
Di antara kekhawatiran banyak pakar politik atas perselisihan yang sedang berlangsung ini ada kemungkinan bahwa peningkatan patroli dari kapal Angkatan Laut AS dapat menyebabkan konflik yang tidak disengaja.