Sebelumnya, remdesivir sempat menarik perhatian dunia sebagai pengobatan yang berpotensi efektif untuk Covid-19 di musim panas setelah uji coba awal yang menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Antiviral, yang dikenal dengan nama merek Veklury, adalah satu dari dua obat yang saat ini diizinkan untuk merawat pasien Covid-19 di seluruh dunia.
Tetapi uji coba besar yang dipimpin WHO yang dikenal sebagai Uji Solidaritas menunjukkan bulan lalu bahwa obat itu memiliki sedikit atau tidak berpengaruh pada kematian 28 hari atau lama rawat inap di rumah sakit untuk pasien Covid-19.
Obat tersebut adalah salah satu obat yang digunakan untuk mengobati infeksi virus corona Presiden AS Donald Trump, dan telah terbukti dalam penelitian sebelumnya dapat mempersingkat waktu pemulihan.
Obat ini diizinkan atau disetujui untuk digunakan sebagai pengobatan Covid-19 di lebih dari 50 negara.
Gilead telah mempertanyakan hasil Uji Solidaritas dan mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat bahwa pihaknya "kecewa" dengan pedoman WHO yang baru.
"Veklury diakui sebagai standar perawatan untuk perawatan pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 dalam pedoman dari berbagai organisasi nasional yang kredibel," katanya seperti dilansir Reuters.
Tak ada efek
Panel Guideline Development Group (GDG) WHO mengatakan, rekomendasinya didasarkan pada tinjauan bukti yang mencakup data dari empat uji coba acak internasional yang melibatkan lebih dari 7.000 pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19.
Setelah meninjau bukti, panel menyimpulkan bahwa remdesivir, yang harus diberikan secara intravena dan oleh karena itu mahal dan rumit untuk diberikan, tidak memiliki efek yang berarti pada tingkat kematian atau hasil penting lainnya bagi pasien.
Peter Horby, seorang profesor penyakit menular di Universitas Oxford Inggris, mengatakan saran baru WHO harus mendorong "pemikiran ulang tentang tempat remdesivir di Covid-19".