Sebelumnya, Moderna sudah mengumumkan bahwa vaksin eksperimentalnya 94,5% efektif dalam mencegah Covid-19. Persentase tersebut berdasarkan data sementara dari uji klinis tahap akhir.
Moderna pun menjadi pengembang kedua yang melaporkan hasil uji coba yang jauh melebihi harapan setelah Pfizer dan mitranya BioNTech di pekan sebelumnya.
Asal tahu saja, Komisi UE telah melakukan pembicaraan dengan Moderna untuk vaksin Covid-19 eksperimental setidaknya sejak Juli.
Remdesivir kehilangan harapan jadi obat Covid-19
Sementara itu obat yang diunggulkan oleh Presiden AS Donald Trump, Remdesivir, sudah resmi tidak boleh digunakan untuk pasien Covid-19.
Hal tersebut sudah dijelaskan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Obat produksi Gilead tersebut tidak boleh digunakan untuk pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, terlepas dari seberapa parah sakit mereka.
Alasannya, tidak ada bukti obat tersebut meningkatkan kelangsungan hidup atau mengurangi kebutuhan ventilator.
“Panel ... menemukan kurangnya bukti bahwa remdesivir meningkatkan hasil yang penting bagi pasien,” demikian bunyi pedoman WHO seperti dikutip Reuters.
“Terutama mengingat implikasi biaya dan sumber daya yang terkait dengan remdesivir ... panel merasa tanggung jawab harus menunjukkan bukti kemanjuran, yang tidak ditentukan oleh data yang tersedia saat ini,” tambahnya.
Saran WHO tersebut menandakan kemunduran lain untuk obat tersebut.