"Ada produk pertambangan akan kami kembangkan dan ini sangat berhubungan sekali dengan kekuatan dari Jakarta. Tentunya aturan atau kebijakan bagaimana timah ini tidak lagi diekspor berupa balok, tetapi sudah harus melakukan hilirisasi berupa solder atau powder," ujarnya.
Erzaldi memastikan proyek timah tersebut akan segera berjalan.
Pihaknya sudah bekerja sama dengan perusahaan asal China, Sinomach-He selaku investor di Bangka Belitung.
"Insyaallah tahun ini hilirisasi itu sudah dapat kita jalankan," kata dia.
Tanah jarang juga sempat disebut dalam pertemuan Luhut dengan Prabowo di kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi.
Rare earth atau biasa disebut tanah jarang kini banyak diperbincangkan setelah pertemuan antara Menko Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Tanah jarang adalah logam mineral yang bernilai sangat tinggi dan banyak ditemukan di Bangka Belitung dan Kalimantan.
Mineral ini banyak digunakan untuk memproduksi perangkat smartphone hingga senjata militer.
Tentang Rare Earth
Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Irwandy Arif, menjelaskan rare earth memang lebih tinggi harganya ketimbang lithium yang seringkali disebut-sebut sebagai mineral masa depan yang diincar banyak negara.
Arif yang juga Guru Besar Teknik Pertambangan ITB mengatakan logam tanah jarang di Indonesia diperoleh dari mineral monazit dan xenotime.
Keduanya bisa diperoleh dengan mengektrak logam timah yang ditambang di Pulau Bangka dan Belitung.