Akar dari konflik kepentingan tersebut pun diungkapkannya tidak terletak di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, tetapi berada di dalam Istana Presiden.
"Akarnya ada di istana, pada kejadian ketika Stafsus Presiden tidak bisa memberi rekomendasi terbaik pada Presiden, bahwa sesuai pendapat publik, pelatihan online saat ini tidak dibutuhkan," ungkap Rachland Nashidik.
"Kenapa? Lantaran sebagai pemilik perusahaaan, ia punya kepentingan terhadap duit triliunan rupiah dalam proyek pemerintah yang soal itu, di mana perusahaannya sendiri menjadi mitra. Benturan kepentingan meledak dengan keras di situ," tegasnya.
Terkait pengunduran diri Belva Devara dari posisi stafsus presiden yang tanpa diikuti dengan penarikan RuangGuru dalam proyek Jokowi dinilainya sangat konyol.
"Sungguh lelucon yang buruk bila kepesertaan RuangGuru dibiarkan, padahal pengakuan kesalahan dari CEO-nya sudah dimaklumkan dengan langkah pengunduran diri dari kantor Stafsus Presiden," ungkap Rachland Nashidik.
"RuangGuru seharusnya memang tidak pernah punya tempat di ruang Stafsus Presiden. Kecerdasan dan integritas yang seharusnya berkantor di seluruh ruang istana," tutupnya.
Resmi Mengundurkan Diri
Pengunduran diri yang dilakukan Belva Devara lewat instagramnya @belvadevara secara langsung diapresiasi oleh Rachland Nashidik.
Pendiri Perhimpunan Pendidikan Demokrasi itu menilai pengunduran Belva Devara dari posisi stafsus milienial Presiden memberikan kesan yang baik dan penuh tanggung jawab.
Keputusan yang diambil dari CEO RuangGuru itu bahkan menjadi bukti etika publik masih memiliki tempat terhormat di bangsa ini.
"Bagus! Ini memberi kesan baik dan bertanggung jawab bagi dirinya," ungkap Rachland Nashidik dihubungi pada Selasa (21/4/2020).