Namun, karena keadaan kontur Kota Pasuruan yang sebagian ada yang lebih rendah dari permukaan air laut, jenazah batal dimakamkan di 5 lokasi pemakaman yang jauh dari pemukiman warga itu.
Sebagai gantinya, dipilih TPU Gadingrejo yang merupakan tempat pemakaman umum terbesar di Pasuruan.
”Kabupaten Pasuruan tidak mau menerima jenazah ini karena bukan warganya.
"Karena tidak ada yang mau menerima jenazah ini, termasuk keluarganya di Jakarta, kami putuskan dengan segala rasa kemanusiaan, kami menerimanya.
"Kami tracing, ternyata dia punya istri siri di Kota Pasuruan,” kata Teno, seperti dikutipdari Kompas.id.
Tak disangka proses pemakaman yang dimulai sekitar pukul 21.00 WIB itu menemui kendala.
Yakni adanya warga yang berbondong-bondong melakukan penolakan terhadap pemakaman.
Bahkan, di antara mereka ada yang sampai membawa parang.
Namun, dengan adanya dialog, akhirnya warga bisa memahami dan membubarkan diri.
”Warga yang terprovokasi datang beramai-ramai.
"Bahkan, ada yang membawa parang.