Empat kajian itu menghasilkan prediksi bahwa jumlah korban positif Covid-19 di Arab Saudi minimal 10.000 orang dan maksimal hingga 200.000 orang.
Al-Rabiah menyerukan, segenap rakyat negara itu mematuhi dan menghormati arahan dan instruksi dari pemerintah Saudi agar jumlah korban positif Covid-19 bisa seminimal mungkin.
Dia juga memberi peringatan, jika rakyat Arab Saudi tidak komitmen dengan apa yang diinstruksikan pemerintah, maka jumlah korban positif Covid-19 di negara itu bisa melonjak besar.
Arab Saudi adalah salah satu negara Arab yang sangat ketat menerapkan aturan untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Pemerintah Arab Saudi telah menerapkan larangan keluar rumah di kota Riyadh, Tabuk, Dhahran, Damam dan Al Hofuf, serta seluruh wilayah propinsi Jeddah, Taif, al-Qatif, dan al-Khobar.
Sebelumnya pada hari Kamis pekan lalu, Arab Saudi telah menerapkan larangan keluar rumah di kota Mekkah, Madinah dan propinsi al-Qatif.
Propinsi al-Qatif yang terletak di Arab Saudi bagian timur adalah tempat ditemukannya pertama kali korban positif Covid-19 di Arab Saudi, yaitu warga Syiah Arab Saudi yang baru pulang dari Iran.
Pada akhir Februari 2020, Riyadh telah membekukan sementara penyelenggaraan ibadah umrah di kota Mekkah.
Ibadah haji yang jatuh pada Juli nanti, belum ditentukan nasibnya oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi.
Namun Menteri Urusan Haji dan Umrah Arab Saudi, Mohammad Saleh Bin Taher Benten pekan lalu menyerukan, negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim dan negara lain menunda melakukan kontrak yang berkaitan dengan ibadah haji.