Suar.ID -Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hingga saat ini masih memberlakukan jaga jarak, bekerja dan belajar di rumah bagi warganya dalam menekan sebaran virus corona atau Covid-19.
Namun tidak semua warga, DKI Jakarta khususnya, yang bisa bekerja di rumah.
Ada profesi tertentu yang mengharuskan dia bekerja di luar.
Tidak hanya dokter atau jurnalis, sopir taksi juga mau tidak mau tetap bekerja di luar rumah.
Tanpa keluar rumah, barangkali kebutuhan anak dan istri mereka sehari-hari tak bisa tercukupi.
Di depan Mercure Hotel, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, sejumlah taksi Blue Bird terparkir.
Ada sopir yang tertidur di dalam mobil, ada yang membeli minuman hangat murah meriah yang dijajakan pedagang keliling.
Ada juga yang tengah berbincang dengan rekan-rekannya di tepi trotoar.
Baca Juga: Kisah Pilu Sopir Taksi yang Menangis karena Sepinya Mekkah Demi Mencegah Virus Corona: Allahuakbar!
Di dekat tempat pool taksi itu, para sopir ojek dalam jaringan (daring) pun juga tengah menepikan motornya.
Mereka memilih berkumpul sembari sesekali melirik orderan masuk lewat ponselnya.
Ramainya sopir taksi dan ojek berkumpul, tak dibarengi dengan banyaknya penumpang alias sepi.
Jejen Zunaidi (48) sudah 14 tahun menjadi sopir taksi.
Ia mengaku pendapatannya merosot drastis semenjak wabah corona yang membuat warga Ibukota geger.
Sudah dua hari, ia baru mendapatkan satu penumpang saja.
Sembari menyeruput teh panas dari gelas plastik, ia mengatakan pendapatannya turun hingga 75 persen.
"Sebelum ada corona, minimal ngantongin Rp 75 ribu sehari," keluh Jejen kepada TribunJakarta.com pada Senin (30/3/2020).
Tapi situasi berubah ketika pandemi Covid-19 mampir ke Indonesia.
"Sekarang, seharian belum tentu dapat (penumpang)."
"Asli, emang bener-bener sunyi bukan sepi lagi di jalan sekarang," imbuh dia.
Bila karantina wilayah diberlakukan pemerintah, Jejen tak masalah, asalkan, ia mendapatkan bantuan dari pemerintah.
"Kalau saya berharap pemerintah memberikan bantuan sembako kepada kita."
"Selain itu urusan cicilan mohon tegas untuk ditangguhkan," ungkap pria yang masih mencicil motor tersebut.
Jejen mengaku terpaksa keluar di tengah wabah virus yang belakangan membuat gelisah warga dunia.
Kalau bukan soal perut, dia tak bakal terpaksa bergelut di jalanan berdebu.
"Saya tuh udah jadi ODR, Orang Dalam Risiko," aku dia.
"Tapi kan kembali lagi ke kita, terpaksa keluar karena memang buat penghasilan," sambungnya.
(Tribun Jakarta)