"Ini bukan masalah agama, dan pelajaran-pelajaran yang radikal, bukan, tapi aktivitas dan kebutuhan (ekonomi), itu faktor utama."
Ia menutup ceritanya dan menyatakan harapannya jangan sampai ada korban-korban lain baik dari korban atau pelaku, seperti yang dia alami.
"Saya sudah berubah…cukup kita yang merasakan, cukup kita yang menjadi korban, dan kita memilih jalan yang lebih baik.
Saya terbebani dengan kesalahan bapak saya, saya juga terbebani sebagai korban," tutupnya.
Anak pelaku Bom Bali 1 dan anak korban Bom Bali 1 bertukar cerita - kisah kesulitan yang serupa - termasuk merasakan trauma dan depresi.
"Dulu anaknya tersangka, saya kira, tak separah ini.
Ternyata mereka juga mengalami hal yang saya alami.
Saya bersyukur mas Hendra sadar yang dilakukan almarhum bapaknya salah dan tahu kemana arah yang lebih baik," kata Garil kepada Hendra di akhir pertemuan mereka.
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Kisah Putra Pelaku Bom Bali I, Bertahun-tahun Merasa Seperti "Sampah", Nyaris Ikuti Jejak Sang Ayah