Kesalahan penanganan itu menyebabkan jumlah korban semakin banyak, mayoritas berasal dari golongan Tionghoa dan Bumiputera.
Diberitakan oleh Sinar Hindia, penyakit itu disebabkan oleh perang yang berkecamuk di Eropa yang membuat kondisi udara menjadi buruk.
Faktor tersebut berkaitan dengan musim kemarau panjang yang tengah terjadi di Hindia.
Namun, De Sumatra Post membantah pendapat tersebut dengan menyebut influenza sebagai “Penjakit Rakjat”, berasal dari dalam Hindia, dan tidak menular.
De Sumatra Post terpaksa menelan ludahnya sendiri ketika dalam salah satu artikelnya mendorong agar seluruh suratkabar di Hindia Belanda berkenan menyediakan rubrik singkat guna memberikan informasi mengenai bahaya penyakit ini.
Penyebaran Flu Spanyol di Hindia terjadi dalam dua gelombang.
Pertama, Juli 1918-September 1918, sekalipun di beberapa tempat, seperti Pangkatan (Sumatera Utara), virus ini sudah menyebar pada Juni 1918.
Diduga kuat penyakit itu ditularkan oleh penumpang dari Singapura.
Sementara, kawasan timur, seperti Sulawesi dan Maluku, masih terbebas dari Flu Spanyol selama gelombang pertama.
Dalam hitungan minggu, virus menyebar secara masif ke Jawa Barat (Bandung), Jawa Tengah (Purworejo dan Kudus), dan Jawa Timur (Kertosono, Surabaya, dan Jatiroto).