Menurut Didit, perjalanan hidupnya melatarbelakangi dirinya menamai anaknya dengan nama unik itu.
Sebelum menikah, dirinya merupakan seorang fotografer profesional di Jakarta, tinggal di apartemen, dengan segala kemewahannya.
Hal itu diperolehnya dari bayaran pemotretan untuk produk dan perusahaan.
Berlanjut setelah menikah pada tahun 2012, sampai akhirnya tahun 2014 dirinya terkena penyakit stroke. Tangan dan kakinya sulit digerakkan.
“Saya kena stroke, bayangkan usia pernikahan baru dua tahun kena penyakit stroke. Tentu pikiran saya kan bermacam-macam,” ucap Didik.
Saat stroke itulah dia mendapatkan tawaran memberikan kursus privat memotret dari seorang pemuda di Bali.
Dengan semangat tinggi, dia berangkat ke Pulau Dewata itu, setelah disepakati harga sebesar Rp 30 juta.
Namun, siapa sangka, pemuda yang awalnya dibayangkan sebagai pemuda yang berasal dari keluarga kaya, ternyata seorang pemuda dari keluarga biasa.
Pemuda itu membayar Didik dari hasil menggadaikan sertifikat tanah orangtuanya.
Keseharian pemuda itu membuat hatinya terketuk karena setiap hari pemuda itu menyisihkan makanan untuk leluhur, sesuai dengan kepercayaannya.