China sebelumnya menerima buangan tersebut dari negara kaya. Namun, sejak Juli 2017, Beijing menerbitkan larangan ekspor.
Karena itu, Negeri "Kanguru" ataupun negara maju lainnya mengalihkan sampah mereka ke negara Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Pada 2018, Australia mengirim 52.000 ekspor ke Jawa Timur, kenaikan hingga 250 persen dibanding ekspor empat tahun sebelumnya.
Nina mengatakan, saat berada di tempat pembuangan, dia melihat sampah dari Australia paling banyak ditemui setelah AS.
Sebagai tanggapan, Kantor PM Australia menyatakan bahwa mereka akan melarang ekspor sampah plastik, gelas, hingga kaca pada Juli mendatang.
"Seperti Nina, pemerintah kami berpikir memerangi sampah adalah isu utama demi lingkungan tempat kami maupun kawasan," ujar Canberra.
Juru bicara pemerintah juga menjelaskan, Canberra pun mempertimbangkan menghapus kemasan plastik sekali pakai dan berbahaya.
Karena itu, Australia mengaku mendukung langkah Indonesia mengurangi sampah laut hingga 20 persen, dan sampah darat hingga 30 persen.
Dalam laporan Reuters, Indonesia mengimpir 283.000 ton pada 2018, atau setara dengan berat rata-rata 123 ekor badak putih.
Pada 2019, aktivis lingkungan Ecoton menuduh Canberra menyelundupkan sampah plastik dan kertas dalam jumlah besar.
Oleh masyarakat di sejumlah tempat di Jawa Timur, bisnis pengolahan sampah pun muncul demi mendongkrak perekonomian mereka.