Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Tak Banyak yang Tahu, Inilah Sosok yang Sangat Berjasa di Balik Pengangkatan 7 Pahlawan Revolusi Korban Gerakan 30 September

Suar.id - Senin, 20 Januari 2020 | 11:45
Taman Nasional Makam Pahlawan Lubang Buaya.
SETNEG

Taman Nasional Makam Pahlawan Lubang Buaya.

Manuver itu dipimpin oleh Mayor (Inf) CI Santoso di kawasan Lubang Buaya pada 3 Oktober 1965.

Kendala teknis pun dihadapi.

Jenazah tersebut berada di dalam sebuah sumur tua berdiameter 0,75 meter dengan kedalaman 10 meter.

Lokasi sumur tersebut terpaut 3 meter dari rumah seorang guru aktivis Partai Komunis Indonesia (PKI).

Posisi jenazah dalam kondisi terbalik, kepala di bawah dan kaki di atas lantaran diduga dilemparkan secara sembarangan.

Selain itu, jenazah juga ditimbun dengan sampah kering, batang pohon pisang, daun singking, dan tanah secara berselang-seling.

Pada 4 Oktober 1966, sekitar pukul 02.30 WIB, Pangkostrad Mayjen Soeharto memerintahkan Kapten (Czi) Sukendar untuk meminta bantuan kepada Korps Marinir.

Semula, Sukendar menuju Markas Kipam di Ancol, tetapi rupanya keberadaan mereka telah dipindah ke Markas Besar Korps Marinir.

Sekitar pukul 03.00 WIB, Sukendar menemui perwira jaga Mabes Korps Marinir yang kemudian menghubungi Letnan (Mar) Mispan Sutarto.

Ketika itu, Komandan Taifib Kapten (Mar) Winanto sedang berada di mes di Jalan HOS Cokroaminato 103 Menteng, Jakarta Pusat.

Letnan Mispan, Sersan Saparimin, dan Sukendar kemudian menuju Markas Besar AL di Dermaga II Tanjung Priok untuk mengambil peralatan tambahan dari KRI Multatuli sekitar pukul 03.30 WIB.

Rupanya, tabung oksigen yang dibawa dalam keadaan kosong sehingga mereka harus menuju pabrik pengisian oksigen di Manggarai.

Editor : Suar

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x