Pembuatan secara handmade di Inggris, membuat sepeda ini memiliki kelas di antara para pemakainya.
Krisna Sudiro yang mengaku sudah menikmati Brompton sejak 2012, merasa sepeda ini memang memiliki keunikannya tersendiri.
"Handling-nya enak, gir-nya enak, gak capek lah, gue pernah pake merek (sepeda) lipet lain, gak ada yang seenak ini," kata pengusaha muda asal Jakarta ini.
Jadi, Krisna memang merasakan Brompton memang menawarkan keistimewaan.
Meski begitu, dia merasa, tren yang berkembang beberapa waktu terakhir tergolong sudah tak masuk akal.
Khususnya masalah harga.
Tingginya angka permintaan, dengan suplai yang terbatas membuat pedagang leluasa memasang harga tinggi.
"Padahal kalo ngerti, sebenernya Brompton itu antara versi yang ini dan yang itu, ya gak beda, cuma aksesoris dan warnanya aja yang beda," kata Krisna.
"Gue tahun 2012 beli pertama kali itu masih Rp 17 juta. Kalau sekarang harganya beda jauh dengan di luar negeri, tapi orang Indonesia tetep berani bayar," kata dia.
"Di Indonesia itu asal mahal pasti jadi tren," kata Krisna sambil tertawa. (Glori K. Wadrianto/Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Brompton Explore, Sepeda Mahal yang "Sandung" Dirut Garuda