Hal itu berawal dari keluhan anak didiknya yang masih mengalami traumatik dengan kerusuhan antar-dua kelompok agama yang terjadi di Ambon pada 1999.
Padahal, saat Ayu melawat ke Maluku, keadaan sudah damai dan dua kelompok yang terlibat konflik sudah berikrar damai.
Namun rupanya ketakutan akan masa kelam itu masih membuntuti anak didiknya.
“Suatu ketika seorang murid datang dan bilang, ‘Bu Ayu kita harus hati-hati, kerusuhan su dekat.’ Terus saya tanya, ‘Memang kerusuhannya di mana?’ ‘Di Ambon ibu, kita harus hati-hati.’” ujar Ayu kepada Magdelene.co yang dilansir aminef.or.id.
“Padahal dengan kapal laut saja butuh waktu dua hari dari Maluku Utara untuk sampai ke Ambon,” kata perempuan berjilbab tersebut.
3. Cetuskan program SabangMerauke
Ketakutan yang disampaikan murid di Maluku Utara kepada dirinya itulah yang menjadi pelecut bagi Ayu.
Ayu pun semakin perhatian tehadap isu toleransi dan keberagaman.
Ia pun mencetuskan Program Seribu Anak Bangsa Merantau untuk Kembali (SabangMerauke).
Program ini merupakan upaya Ayu menggelorakan nilai keberagaman, toleransi, hingga cakrawala ilmu pengetahuan antar-pelajar di Indonesia.
Para pelajar tingkat SMP menjadi peserta di program tersebut.