Pada awalnya, sekitar tahun 1960, rezim Orde Lama di bawah pimpinan Presiden Soekarno bersama Presiden Filipina Diosdado Macapagal mengkritik pembentukan Malaysia yang dianggap permainan neo-kolonialisme Inggris.
Saat itu, Macapagal sempat menyarankan pembentukan Maphilindo, sejenis federasi Malaysia, Filipina, dan Indonesia.
Sebab, Macapagal menilai ada kesamaan kultural Melayu di tiga negara ini.
Namun, Soekarno lebih memilih berkonfrontasi langsung dalam perang tidak resmi menghadapi Malaysia dan Persemakmuran Inggris.
Hingga akhirnya terjadilah perang sengit di tengah rimbanya Kalimantan.
Setelah peristiwa Mangkok Merah pada tahun 1967, Hendropriyono mendapat tugas untuk melawan bekas sekutu TNI.
Kemudian, terbentuklah Sandi Yudha, satuan intelijen tempur dari Resimen Para Komando Angkatan Darat, yang saat ini dikenal sebagai Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Anggota PGRS sendiri diketahui merupakan pemuda Tionghoa namun ada beberapa dari suku Dayak, Melayu, Jawa dan lainnya.
Hendropriyono yang memimpin unit berisi 8 orang mendekat ke arah gubuk Hassan yang merupakan komandan PGRS.
Peristiwa tersebut dilaporkan terjadi secara senyap dalam semalam.
Di sini ketangguhan pasukan tersebut terbukti.