"Orang Indonesia ini dari dulu wataknya memang religius, terutama orang Jawa dan orang Bugis, orang Minang religius, apalagi orang Aceh. Dan tidak hanya dalam hal Islam, pada umunya masyarakat Indonesia ini religius." ujar Al Makin.
Al Makin berpendapat bahwa upaya kritik terhadap agama di Indonesia selalu gagal.
Menurutnya, agama selalu menjadi amunisi para politisi yang kemudian ditanggapi dengan antusias oleh masyarakat.
Al Makin menyebut daerah Sulawesi dan sekitarnya termasuk hotspot.
"Dan Sulawesi atau masyarakat Bugis dan sekitarnya itu termasuk hotspot."
"Hotspot kemunculan para nabi, para orang-orang yang mengaku nabi, itu orang-orang Bugis sangat kuat, sama dengan masyarakat Jawa dan Sunda, itu juga sama-sama kuat."
"Kenapa? mungkin karena religius. Selama kita masih religius ya itu akan muncul terus," ujarnya kepada ABC.
Menurut Al Makin, tuduhan penodaan agama sering dipakai dalam menghadapi kelompok-kelompok seperti pimpinan Puang La'lang.
Al Makin menilai bahwa pendekatan yang digunakan bukanlah 'dituduh menyesatkan', melainkan 'diberi edukasi'.
"Itu enggak bisa disesat-sesatkan, itu pendekatan yang enggak tepat menurut saya. Pendekatannya adalah edukasi, pendidikan. Sesat-menyesatkan itu bukan solusi, itu justru menjadi bumerang itu."
"Itu sekali lagi tidak menghargai kebebasan beragama, tidak menghargai kreativitas." katanya.
Menurut Al Makin, Indonesia tidak akan pernah berhenti melahirkan tokoh keagamaan (dalam hal ini ia sebut sebagai Nabi).