Dijualnya pun dengan harga yang relatif murah.
Tak heran bila banyak pemulung yang setiap hari datang ke warungnya.
"Pemulung datang bawa sampah plastik lalu ditimbang minimal harus bawa 20 kilogram biasanya seharga Rp 20 ribu. Kalau setiap kali mereka makan ada selisih antara hasil timbangan dengan harga makanan, sisa itu otomatis jadi tabungan mereka," kata Sarimin.
Sarimin mengaku pelanggannya kini bukan hanya para pemulung saja melainkan juga para supir truk pengangkut sampah.
Bahkan, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi juga sempat bertandang ke warungnya saat melakukan kunjungan lantaran penasaran ingin membeli makan dengan cara yang unik.
"Pak Wali juga pernah makan di sini tapi enggak bawa plastik, bawanya uang," kata Sarimin sambil tertawa.
Selama menekuni aktivitas tersebut, dalam sehari ia mampu mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 100 ribu.
"Penghasilan yang didapat sekitar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta setiap bulannya. Buat bayar kuliah anak saya. Dua-duanya alhamdulillah bisa kuliah. Anak pertama sudah lulus dan kerja. Kalau yang kedua kuliah juga sambil bantu-bantu nyupir truk sampah," jelas Sarimin yang memiliki dua putra ini.
Sampah plastik yang ia dapatkan dari pemulung dan warga tersebut bisa mencapai 2 ton.