Suar.ID -Menkopolhukam Wiranto ditusuk oleh dua orang tidak dikenal, Kamis (10/10/2019) siang.
Pelaku berjumlah 2 orang, yakni seorang laki-laki dan perempuan.
Kini mereka telah diamankan oleh pihak kepolisian.
"Rombongan berhenti, beberapa orang ikut menjaga Wiranto ketika turun dari mobil, tiba-tiba ada satu orang tidak dikenal menusuk Pak Wiranto, lalu ada satu orang perempuan lagi berusaha untuk menusuk," kata seorang warga, Madrain (27), kepada wartawan di Alun-alun Menes, Kamis (10/10/2019).
Baca Juga: Ini 5 Fakta Kunai Digunakan Menusuk Wiranto, Saking Tajamnya Bisa Digunakan Melubangi Dinding
Penusukan terhadap Menkopolhukam Wiranto, Kamis (10/10/2019) di Alun-alun Menes, Pandeglang, Banten, begitu mengejutkan berbagai pihak.
Namun, penyerangan lewat penusukan maupunpembacokan terhadap pejabat negara ini, bukanlah kali pertama terjadi di Indonesia.
Berdasarkan arsip Kompas, awal Maret 2000, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa dan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, Matori Abdul Djalil juga dibacok di dekat kediamannya di Kompleks Perumahan Tanjung Mas Raya, Jakarta Selatan.
Dari “pintu darurat” itulah, pelaku masuk menemui Matori yang pagi itu masih mengenakan sarung.
Kepada Matori, pria yang mengenakan jaket biru, kemeja putih, dan celana warna gelap, dengan membawa tas hitam itu menawarkan perabotan rumah tangga.
Namun, tiba-tiba pria itu membacok Matori.
Dalam rilis Polda Metro Jaya, Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Metro Jaya Mayjen (Pol) Nurfaizi, Jumat (10/3/2000) mengatakan, salah satu otak pelaku pembacokan Matori adalah Zulfikar.
Namun, saat ditanya siapa sebenarnya Zulfikar dan motif dia ingin membunuh Matori, Nurfaizi tidak banyak menjelaskan.
“Tanyakan saja langsung kepada tersangka (Sabar-Red),” katanya. (Kompas, 11 Maret 2000).
Baca Juga: Ada yang Merasa 'Senang' Wiranto Ditusuk oleh Abu Rara, Psikolog: Ada Rasa Dendam yang Terpendam
Saat diwawancarai wartawan, tersangka Sabar mengungkapkan, Zulfikar adalah guru mengaji dan mempunyai sebuah pesantren di Jawa Barat.
Namun, Sabar mengatakan pesantren tersebut berada di Maseng, Bogor, Jawa Barat.
Sabar mengungkapkan bahwa Zulfikar berkeinginan membunuh Matori, yang mengaku sebagai anggota Angkatan Mujahidin Islam Nusantara, karena Ketua Umum PKB ini dinilai menyimpang dari ajaran agama Islam, karena PKB-nya tidak berlandaskan Islam.
“Bank BCA dirampok juga karena bank juga tidak sesuai dengan ajaran Islam. Bank itu membolehkan riba yang dilarang Islam,” kata Sabar, ketika itu.
Sebagaimana halnya Wiranto, Matori saat itu berhasil diselamatkan nyawanya setelah dirawat di rumah sakit. (Haryo Damardono/Kompas.id)