"Perubahan fungsi lahan juga berpengaruh tapi jauh lebih besar pengaruh perubahan iklim. Kalau tidak ada perubahan iklim, jumlah air tetap, tinggal diatur misalnya berapa yang dialirkan untuk penduduk," tuturnya.
Di sisi lain, Heru memprediksi alih fungsi lahan dari area resapan menjadi pemukiman dan daerah industri juga mengancam sumber air di Jawa.
"Jawa masih menjadi daerah industri andalan, bahkan ada rencana pembangunan area pantura dan proyek infrastruktur yang masif, ini tantangan berat."
"Upaya menjaga lahan serba salah karena kebutuhan lahan yang tinggi," ujarnya.
Dalam penelitian Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) misalnya, kawasan tambang di Jawa Timur selama 2012-2016 meningkat dari 80 ribu menjadi 151 ribu hektare.

Baca Juga: Cerita Dibalik 'Makam Ragasemangsang', Orang Sakti Tidak Bisa Mati Selama Tubuh Menyentuh Tanah
Mayoritas lahan tambang baru itu disinyalir berada di kawasan hutan.
Direktur Walhi Jawa Timur, Rere Christanto, mennyebut alih fungsi lahan di Kota Batu selama 2001-2015 telah menghabiskan setengah sumber mata air wilayah tersebut.
Tahun 2015, kata Rere, tersisa 51 mata air di Batu.
"Saat tidak ada hujan lebih 100 hari di Jawa Timur, neraca air minus. Tapi itu diperburuk kebijakan yang justru mengurangi kawasan resapan air."