Selama ini, orang tua diizinkan untuk mengunjungi anak-anak mereka setiap tiga bulan, tetapi hanya di area tertentu di tempat itu.
Sabo menambahkan: "Mereka tidak diizinkan masuk ke rumah untuk melihat apa yang terjadi... anak-anak hanya dibawa ke luar untuk menemui mereka".
"Yang mereka pikirkan hanyalah anak-anak mereka diajarkan Alquran dan perilaku yang baik ketika mereka terlihat tenang," tambahnya Sabo.
Anak-anak dan remaja putra kini dirawat di sebuah kamp sementara di sebuah stadion terdekat.
Sementara itu polisi berupaya menemukan kerabat mereka.
Sekolah-sekolah Islam swasta, yang di sana dikenal sebagai Almajiris, merupakan tempat yang banyak terdapat di sebagian besar Muslim utara Nigeria.
Nigeria sendiri merupakan sebuah negara yang kira-kira terbagi rata antara pengikut Kristen dan Islam.
Orang tua di Nigeria Utara, bagian termiskin dari sebuah negara di mana kebanyakan orang hidup dengan kurang dari $ 2 (sekitar Rp28.000) sehari, sering memilih untuk meninggalkan anak-anak mereka untuk naik ke sekolah.
Selama bertahun-tahun ada tuduhan yang ditujukan pada beberapa dari mereka atas pelecehan dan tuduhan bahwa anak-anak telah dikirim ke jalan untuk mengemis.
Awal tahun ini, pemerintah Presiden Muhammadu Buhari, yang juga seorang Muslim, mengatakan berencana untuk akhirnya melarang sekolah-sekolah itu, tetapi tidak akan segera melakukannya.