"Mereka membenarkan kematian anak kami setelah menggunakan alat kejut jantung dan perlahan-lahan mengembalikan peralatan mereka kembali ke ambulan karena seluruh peralatan yang dibawa tidak bisa menyelamatkan nyawa anak saya," kenang Brandes sedih.
Setelah penyelidikan selesai, mereka akhirnya bisa melihat putra mereka dalam momen menyedihkan yang diingat oleh Brades dan Storment sebagai hal yang memilukan.
"Ketenangan yang menakutkan menghampiriku. Saya berbaring di sebelahnya di tempat tidur yang ia sukai, memegang tangannya dan terus mengulangi, 'apa yang terjadi, sobat? apa yang terjadi?'" kenang Storment.
"Kami tinggal di sebelahnya selama sekitar 30 menit dan membelai rambutnya sebelum mereka kembali dengan brankar untuk membawanya pergi," ujar Storment mengingat momen memilukan itu.
"Waktu kami terbatas. Itu bukan cara orang tua melihat anak mereka, tetapi hanya itu waktu yang kita miliki," tulis Brandes.
"Kami memegang tangannya dan memperbaiki rambutnya dan mencium kepalanya sampai waktu kami habis," lanjutnya.
Storment mengatakan putranya didorong masuk ke sebuah mini van, dan dia mengikutinya dari samping.
Kemudian satu per satu mobil melaju meninggalkannya.
Oliver dan Brades berdiri di pintu masuk, merasakan dunia yang sangat berbeda dari yang mereka bangun dan bayangkan.
Anak berusia delapan tahun, yang sebelumnya didiagnosis dengan epilepsi ringan yang disebut Benign Rolandic Epilepsy yang biasanya sembuh sendiri di masa remaja, diyakini telah meninggal karena SUDEP (Kematian Epilepsi yang Tidak Dapat dijelaskan dengan Mendadak).