Suar.ID - Dunia perkuliahan memang bukan melulu soal mempelajari teori di kelas.
Masa kuliah juga selayaknya dimanfaatkan untuk mencari berbagaipengalaman baru.
Pihak kampus jugatelah memfasilitasi para mahasiswanya untuk mengembangkan bakat dan minat yang mereka miliki.
Mulai dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) hingga penawaran beasiswa di dalam dan luar negeri.
Baca Juga: Kocak, 'Dosen UNS' Ini Tegur Mahasiswanya via Streaming Dota 2: 'Tahun Depan Bapak Pensiun'
Tak hanya itu kampus juga kerap mengeluarkan dana penelitian yang lumayan besar untuk menunjang para mahasiswanya agar dapat menyalurkan bakat dan minatnya.
Dengan begitu, mereka mempunyai kualitas yang lebih tinggi dibandingkan para pesaingya, lebih-lebih dalam mencari pekerjan.
Semua fasilitas tersebut tentunya bisa dimanfaatkan oleh para mahasiswa untuk mencetak lulusan yang berkualitas dan kreatif.
Namun demikian, tidaksedikit mahasiswa yang beranggapan bahwa kesibukan di organisasidapat menghambat waktu kelulusan mereka.
Akibatnya, mahasiswa tersebut merasakan potensi terlambat dalam menyelesaikan studinya.
Keterlambatan lulus ini dirasa menjadi problema tersendiri bagi para mahasiswa.
Terutama berkaitan denganpandangan negatif orang-orang di sekitarnya.
Pandangan kebanyakan masyarakat saat ini,mahasiswa yang lulus dengan cepat dianggap lebih baik dari yang terlambat menyelesaikan studi.
Namun tidak demikian menurut seorang dosen bernama Ersa Tri Wahyuni.
Dosen Akuntansi di Universitas Padjadjaran (Unpad) ini justru mendorong mahasiswa memanfaatkan waktu kuliah untuk mencari banyak pengalaman sebagai bekal bersaing di dunia kerja.
Melalui cuitanyang dibuatnya di media sosial Twitter, dia menjelaskan betapa pentingnya pengalaman selama menjadi mahasiswa untuk dapat bersaing di dunia kerja.
Tweettersebut diawalinya dari pengalamannya menjadi seorang Dosen Wali bagi mahasiswa.
"S1 lulus 3.5 tahun? Bangga? Jangan bangga dulu... (sebuah utas seorang Dosen Wali) Kemarin saya perwalian, ketemu dgn mahasiswa/wi smt 7 yg rata rata sedang ambil skripsi plus matkul lain. Kebetulan IPK nya bagus bagus, tapi Lalu saya tanya...," tulis Ersa di awal cuitannya, seperti dikutip Suar.IDdari akun @ErsaTriWahyuni, Minggu (25/8).
Dosen Ersa Tri Wahyuni kemudian melanjutkan pertanyaannya. "Dek, udah magang di mana? Belum. Dek international exposurenya apa? Ikut double degree? Exchange? Summer program? Conference di LN? Udah tes TOEFL? Dijawab geleng semua. Saya gemaassss," lanjutnya.
Menurutnya, akan sia-sia jika lulus 3,5 tahun tetapi CV-nya belum terisi pengalaman apapun.
Baginya, dalam dunia kerja yang terpenting bukan hanya IPK melainkan pengalaman yang pernah kamu terima.
Menurut Dosen tersebut, setiap mahasiswa seharusnya memanfaatkan fasilitas kampus, misalnya saja dengan melakukan exchange ke luar negeri.
Beberapa kampus juga menyediakan program exchange ke luar negeri dengan pembebas biaya administrasi kepada mahasiswa.
Meski tak menyarankan lulus 3,5 tahun tanpa pengalaman, namun bukan berarti harus memaksimalkan waktu kelulusan hingga deadline.
Menurut Ersa, mahasiswa S1 wajarnya lulus 4 tahun.
Selama proses itu, sebaiknya diikuti dengan mencari pengalaman yang berguna untuk masa depan.
Baginya, memang tak ada salahnya lulus kuliah 3,5 tahun, asal sudah kaya pengalaman.
"Boleh aja lulus 3.5 tahun asal memang CV nya udah baguuus. Pernah magang, exchange ke LN, conference atau seminar di LN, nulis ini itu di koran atau jurnal, TOEFL sudah 550, dll," tulisnya.
"Tapi saya aktif jadi panitia ini itu kok bu selama kuliah." oke deh, jadi panitia bagian apa? Kalau cuma jadi staf mulu dan posisinya itu itu aja (misal sarpras, bendahara, dll) yaaa gak akan dipandang istimewa sama calon employer. Semua mahasiswa juga pasti punya extrakurikuler," lanjut Ersa.
Di akhir Tweetnya, Ersa Tri Wahyuni juga menyarankan untuk memaksimalkan masa kuliah.
Namun berbeda ceritanya kalau mahasiswa dituntut lulus karena permasalahan ekonomi keluarga.
"Jadi kesimpulannya, jangan mau disuruh lulus cepet cepet ha ha ha... Maksimalkan dulu masa kuliahnya, dibuat keren dulu CV nya yaaa... Kecuali memang ada desakan ekonomi dari keluarga harus segera bekerja.. Ya itu sih beda kasus lagi yaaa...," ujarnya.
"Jangan salah tangkap ya. Saya bukan mendiskreditkan anda yg lulus 3.5 tahun. Silakan kalau memang sudah merasa siap dan maksimal. Kalau bisa mencapainya dlm 3.5 tahun, apalagi dgn IPK cumlaude, exposure seabrek, plus international exposure.. Ini ya kereen abiiss," tulisnya.(Ervananto Ekadilla/Suar.ID)