"Banyak hal tanda-tanda alam yang dapat diamati, termasuk juga kalau akan ada letusan gunung api. Masyarakat bilang hewan akan turun dari puncak, kan itu semua tanda-tanda," imbuhnya.
Menurutnya, tanda-tanda inilah yang membuat gunung api dipantau.
Badan yang bertanggung jawab atas gunung api akan memantau dan mengamati bagaimana perilaku gunung agar bisa menentukan aktivitas yang terjadi.
"Terakhir saya tangani 2013. Itu nggak normal juga," ujar Surono.
"Walaupun, saya sering tidak akur dengan pengelola wisata di situ. Tapi bagi saya tidak masalah, (karena) lebih baik kita sedia payung saat langit terlihat mendung," tambahnya menganalogikan keadaan Tangkuban Parahu.
Baginya, tanda-tanda letusan gunung itu seperti awan yang terlihat mendung.
Dia mengingatkan agar masyarakat untuk selalu menyiapkan mitigasi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Bukan perkara letusannya yang dikhawatirkan Surono akan membahayakan para wisatawan, melainkan kepanikan orang saat erupsi itu sendiri.
"Andai ada letusan lalu terjadi kepanikan, orang bisa celaka bukan karena letusan gunung apinya tapi karena kepanikan itu sendiri," ujar Surono.
"Sekarang orang lari tidak pakai kaki lagi, tapi mesin. Entah itu motor, mobil, dan sebagainya," tambahnya. Kepanikan dapat meicu orang ingin segera turun menggunakan moda tercepat.