Daging ini berasal dari restoran makanan cepat saji dan supermarket, mereka bersaing dengan kucing liar dan tikus untuk mendapatkanya dari tempat pembuangan akhir.
Sekantong daging pagpag biasanya dijual oleh pemulung seharga sekitar 20 peso atau sekitar Rp5300 kepada pemilik warung di pemukiman tersebut.
Pemilik warung akan mengolahnya menjadi berbagai hidangan dan menjualnya seharga 10 peso setara Rp2600 untuk satu porsi.
Pertama-tama daging dicuci untuk membuang sampah yang mungkin menempel, dan tulang-tulangnya dipisahkan.
Kemudian daing dicampur dengan berbagai saus, sayuran dan rempah-rempah, dimasak dan disajikan kepada pelanggan.
"Dengan kehidupan yang kami jalani, ini sangat membantu."
"Ketika Anda membeli tas seharga beberapa peso, Anda sudah bisa memberi makan satu keluarga utuh," kata seorang penduduk permukiman kumuh kepada Reuters.
Dulu, pagpag adalah pilihan terakhir bagi warga yang hanya akan mereka makan pada hari-hari terburuk ketika tidak mendapatkan cukup uang untuk membeli sedikit beras.
Namun inflasi membuat warga kesulitan membeli makanan, dan pagpag telah menjadi makanan sehari-hari bagi banyak keluarga.