Selain mereka, tampil juga grup perempuan Dara Puspita dan grup band Toto Sardjan, kakak Titi Qadarsih.
Sementara pesta berlangsung meriah, entah dari mana datangnya serombongan orang berkerumun dan berteriak-teriak:
“Ganyang Nekolim, ganyang ngak-ngik-ngok!”
Karena terdengar lagu-lagu The Beatles yang sudah diwanti-wanti Bung Karno agar tidak dimainkan grup musik di Tanah Air.
“Koes Bersaudara ternyata dirancang sedemikian rupa sebagai korban karena membawakan lagu-lagu The Beatles,” sambung Mas Yok.
“Ketidaktahuan kami itu membuat Mas Tonny merasa dikorbankan dan melampiaskan kekecewaannya dalam album ‘To the So Called the Guilties’ yang mengisahkan berbagai pengalaman kami di penjara.”
Ikut dalam perbincangan di sore hari itu adalah Mas Djon, putra tertua Pak Koeswoyo, yang ikut rekaman album-album pertama Koes Bersaudara.
Sebelumnya, pada 1958 bersama Mas Tonny, Jan Mintaraga (pelukis komik), Teguh Esha (wartawan dan pengarang), dan Sophan Sophiaan (bintang film) mendirikan Teenagers Voice.
Jika tidak terjadi peristiwa G30S, Gerakan 30 September, Koes Bersaudara hampir pasti dikirim ke Malaysia melaksanakan misi rahasia negara.
Tidak hanya Bung Karno yang mencoba mempolitisasi Koes Bersaudara.
Pada masa Orde Baru, Presiden Soeharto juga menggunakan popularitas Koes Plus.