Follow Us

Ingin Buktikan Kecurangan, BPN Prabowo-Sandiaga Sebut Gunakan Robot untuk Pantau Situng KPU

Moh. Habib Asyhad - Rabu, 15 Mei 2019 | 16:52
Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto saat berbicara dalam acara Mengungkap Fakta-Fakta Kecurangan Pilpres 2019 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Selasa (14/5/2019)
KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO

Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto saat berbicara dalam acara Mengungkap Fakta-Fakta Kecurangan Pilpres 2019 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Selasa (14/5/2019)

Suar.ID - Beberapa upaya dilakukan BPN Prabowo-Sandiaga Uno untuk membuktikan bahwa telah terjadi kecurangan dalam Pemilu 2019 ini.

Salah satunya adalah menggunakan robot khusus untuk memantau situng Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Prabowo sendiri sejak awal sudah akan menolak hasil penghitungan oleh KPU karena terindikasi adanya kecurangan.

“Saya akan menolak hasil penghitungan suara pemilu, hasil penghitungan yang curang," ujar Prabowo saat berbicara dalam acara 'Mengungkap Fakta-Fakta Kecurangan Pilpres 2019' di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Selasa (14/5/2019).

Juru bicara Badan Pemenangan Nasional ( BPN), Andre Rosiade mengatakan pernyataan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang menolak hasil pemilu tadi malam dalam konteks Pemilihan Presiden 2019.

Menurut dia hal itu sudah jelas karena pernyataan ini disampaikan oleh Prabowo yang merupakan calon presiden.

"Karena memang kecurangan itu dirasakan di Pilpres. Pak Jokowi itu kan capres bukan caleg," ujar Andre ketika dihubungi, Rabu (15/5/2019).

Namun, kata Andre, proses penghitungan untuk Pileg juga tetap dipantau.

Ketika ditanya bagaimana hasil penghitungan untuk Pileg 2019 sejauh ini, Andre menilai prosesnya lebih baik dari Pileg.

Artinya, kecurangan dalam Pileg tidak semasif Pilpres.

"Meskipun ada kecurangan tetapi lebih kurang lah," kata dia.

Tak ingin dianggap main-main tuding ada kecurangan, BPN bahkan menggunakan robot untuk pantau Situng KPU.

Hal ini seperti terlihat dari unggahan video akun Twitter @MSApunya yang mengunggah sebuah postingan pada 15 Mei 2019.

Dalam video berdurasi 2 menit yang nampaknya direkam dari acara 'Mengungkap Fakta-Fakta Kecurangan Pilpres 2019' di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Selasa (14/5/2019) terlihat seorang pria berbicara di atas podiom.

Berdiri di hadapan Prabowo, pria tersebut memberikan presentasi.

"Ada screen monitoring, ini adalah robot yang saya ciptakan.

Ini adalah layar-layar KPU yang saya potret dari menit ke menit, mulai dari halaman nasional, sampai halaman TPS.

Dari Aceh sampai, ini, kebetulan urutannya pakai abjad. Itu bisa dilihat, Aceh, Bali, ada semua.

Itu dari menit ke menit, minta menit ke berapapun, akan kami kasih gambarnya.

Jadi jangan khawatir, kalau bapak ibu sekalian menemukan kecurangan, di Situng maupun di kenyataan. Inilah yang disebut robot tidak ikhlas.

Kalau yang tadi, yang pertama robot ikhlas, kalau ini robot tidak ikhlas.

Saya tidak ikhlas kalau pak Prabowo dan Sandi, dicuri suaranya.

Saya tidak ikhlas!!!" ujar pria di atas podium.

Sosok pria diatas podium tersebut dijelaskan oleh akun @MSApunya sebagai pembuat robot pemantau Situng KPU.

“Hairul Anas Suaidi adalah pemuda tamvan pembuat robot pemantau situng @KPU_ID yg berasal dari #Pamekasan #Madura

Hasil karyanya telah membukakan mata seluruh rakyat tentang kecurangan & menguatkan BPN doing a big step forward," tulis akun @MSApunya.

Sementara itu, dikutip dari Kompas, Komisi Pemilihan Umum menantang Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno untuk adu data di rapat pleno terbuka rekapitulasi nasional.

Hal ini disampaikan Komisioner KPU Wahyu Setiawan menanggapi sikap BPN yang menolak hasil penghitungan suara oleh KPU.

Wahyu menilai sikap BPN tersebut tidak sejalan dengan sikap saksi mereka yang ikut dalam rapat pleno rekapitulasi nasional di Kantor KPU.

Menurut dia, sejauh ini saksi dari Prabowo-Sandi belum pernah menyandingkan data hasil pilpres milik mereka di tiap provisi yang diklaim berbeda dengan hasil penghitungan KPU.

"Tidak bijak membangun narasi ada kecurangan, tetapi dalam rapat pleno rekapitulasi justru tidak menunjukkan data-data yang mereka miliki," kata Wahyu saat dihubungi Kompas.com, Rabu (15/5/2019).

Padahal, lanjut Wahyu, rapat itu harusnya men jadi ajang adu data bagi semua pihak yang berkepentingan dengan hasil pemilu.

Setiap saksi dari pasangan calon maupun partai politik bisa mengkroscek lagi hasil rekapitulasi KPU dengan data yang masing-masing telah mereka pegang.

"Membangun narasi kecurangan di luar rapat pleno rekapitulasi justru dikhawatirkan akan memperkeruh nalar publik. Harusnya sampaikan saja di rapat pleno jika ada data yang berbeda," kata dia.

Hingga Selasa (14/5/2019) malam, hasil rekapitulasi 19 provinsi telah ditetapkan dalam rapat pleno rekapitulasi di Kantor KPU.

Hasilnya, pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul di 14 provinsi.

Sedangkan paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menang di 5 provinsi.(Dewi Lusma/Grid Hot)

Artikel ini sudah tayang di Grid Hot dengan judul Tak Main-main, BPN Prabowo - Sandi Sebut Gunakan Robot untuk Pantau Kecurangan Situng KPU

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya

Latest