Suar.ID -Jagad media sosial baru saja diramaikan oleh tangkap layar tulisan cakar ayam ala dokter yang menyebut sebuah obat.
Tulisan itu, berdasarkan balasan orang-orang yang dikirim tulisan itu, ternyata berbunyi “Paracetamol”.
Lebih dari itu, viralnya tangkapan itu semakin menguatkan anggapan banyak orang yang menyebut bahwa tulisan dokter memang susah dibaca.
Benarkah begitu?
Menurut pengakuan Drs. Hartono Ddw, sebagai pernah ditulis di Majalah Intisari, seorang dokter pernah minta tolong untuk menuliskan copy-resep rekannya untuk keperluan perusahaannya.
Sebetulnya di fakultas kedokteran mana pun tidak ada yang mengajarkan bahwa menulis resep harus jelek atau harus sukar dibaca.
Mungkin ada faktor-faktor luar lainnya yang memaksa tulisan dokter menjadi sukar dibaca.
Misalnya karena terlalu banyak pasien yang menunggu sehingga pelayanan dokter harus cepat.
Atau karena nama-nama obat atau si pasien terlalu panjang dan beraneka ragam sehingga dokter menganggap perlu menyingkat, memperpendek atau menulis sesuai dengan pendengarannya.
Misalnya, contoh sehari-hari: Ativan pernah ditulis Activan, Dolo Scanneuron sering ditulis Dolo. S., Chlorpromazin ditulis dengan singkatan yang seenaknya saja, C.P.Z., Depo Provera ditulis Depo Profera, dan sebagainya.