Jadi anak-anak terus berdatangan dari rahimnya.
Bisa dibilang, keluarga Nabatanzi adalah keluarga terbesar di Afrika kiwari.
Di Uganda, tingkat kesuburan rata-rata 5,6 anak per wanita, salah satu yang tertinggi di benua itu dan lebih dari dua kali lipat rata-rata global 2,4 anak, menurut Bank Dunia.
Tetapi bahkan di Uganda, ukuran keluarga Nabatanzi membuatnya menjadi outlier yang ekstrem.
Kehamilan terakhirnya, dua setengah tahun yang lalu, mengalami komplikasi.
Itu adalah anak kembar keenamnya dan salah satunya meninggal saat dilahirkan.
Lalu suaminya—yang sejak awal memang suka menghilang—meninggalkannya.
Namanya sekarang menjadi kutukan keluarga.
Nabatanzi akan melancarkan sumpah serajah yang disinggung tentangnya.
“Saya tumbuh dengan air mata, laki-laki saya telah memberi saya banyak penderitaan," katanya saat wawancara di rumahnya, tangan tergenggam saat matanya menggenang.
“Semua waktu saya dihabiskan untuk merawat anak-anak saya dan bekerja untuk mendapatkan uang.”