Kemampuan Carlos sebagai penembak jitu langsung ketahuan ketika dirinya berlatih menembak di pusat pendidikan USMC, Camp Pendleton, sehingga para intruktur selalu mengirimkan Carlos di setiap ajang lomba menembak.
Baca Juga : Semakin Terungkap, Pelaku Bom Bunuh Diri Sri Lanka Ternyata Pernah Sekolah di Inggris
Sewaktu ditempatkan di Company E, 2nd Battalion, 4th Marines, Hawai, Carlos berhasil memenangi lomba tembak Pacific Division dengan mudah.
Usai tugas di Hawai, Carlos ditarik lagi ke AS dan ditempatkan di Marine Air Station, Cherry Point, North Carolina.
Berbagai kejuraan menembak kembali dimenangi Carlos dengan score 248 sementara nilai tertinggi yang kemungkinan bisa dicapai oleh para sniper adalah 250.
Nilai 248 yang pernah dipecahkan oleh Carlos belum ada yang melampaui hingga saat ini.
Tahun 1965 ketika USMC menggelar lomba menembak Wimbledon Cup di Camp Perry yang diikuti lebih dari 3000 petembak, Carlos kembali memenangkan lomba yang di kalangan USMC merupakan lomba tembak paling elit.
Pada tahun 1966 ketika Carlos ditempatkan ke Vietnam yang kemudian dilanda perang besar yang melibatkan puluhan ribu pasukan AS, tugas utamanya bukan sebagai pasukan tempur melainkan Polisi Militer.
Peran Carlos sebagai sniper baru terlaksana ketika Kapten Marinir Edward James Land bermaskud menggalakkan ketersediaan sniper di setiap peleton pasukan marinir.
Sebagai peraih piala juara menembak Winbledon Cup, Carlos kemudian ditempatkan di medan tempur yang terkenal ganas, Bukit 55, dengan tugas spesifik melumpuhkan para petinggi Vietcong dan Pasukan Vietnam Utara serta melumpuhkan sebanyak mungkin sniper lawan ( countersniper).
Baca Juga : Menikah untuk Keempat Kalinya, Muzdalifah Ternyata Masih Deg-degan Juga
Kehadiran Carlos yang didampingi seorang observe (spotter) berpengalaman dan kebetulan dibesarkan di kawasan Pasifik yang beriklim tropis banyak membantu Carlos.