Ia memiliki pengetahuan lengkap, mulai dari ilmu astronomi, matematika, filfasat, dan lainnya.
Beberapa karya yang berhasil ditelurkan Hypatia adalah Tanggapan atas Aritmatika Diofantus, Tanggapan atas Konik Apollonius, juga sebuah edisi dari buku ketiga naskah yang ditulis ayahnya untuk menjelaskan Almagest Ptolemeus.
Baca Juga : Bukan Menolak, Inilah Makna Sebenarnya Goyangan Kepala Khas Orang India
Sayang sekali, hanya sedikit dari tulisan-tulisan tersebut yang masih ada, karya-karya Hypatia habis dimusnahkan oleh orang-orang yang iri dengan kecermelangannya.
Hypatia juga seorang pengajar yang penuh pengabdian.
Ia membuka kelas-kelas untuk satu kelompok murid pemula; ajaran Neoplatonisme—cara pikir Hypatia sangat dipengaruhi oleh Plato dan Plotinus— yang dianutnya membangkitkan kembali pelajaran geometri.
Dari beberapa literatur disebutkan, banyak orang memohon-mohon untuk bisa hadir di kelas-kelas yang diselenggarakan oleh Hypatia.
Baca Juga : Istri Idap Kanker Payudara Stadium 4, Suami Malah Asyik Selingkuh dengan Janda Muda di Hotel
Tentu saja ini membuat iri banyak pihak, tak terkecuali para biarawan-biarawan fanatik.
Ketika musim panas 415 M, segerombolan massa yang terdiri dari para biarawan fanatik, dipimpin seseorang bernama Petrus murid Sirilius, uskup Alexandria yang disegani, menangkap Hypatia saat memberi kuliah.
Ia dituduh sebagai penyihir.