Suar.ID -Sistem transportasi mass rapid transit atau moda raya terpadu (MRT) di Jakarta rencananya telah beroperasi pada Maret 2019.
Saat ini baru satu fase yang siap beroperasi, yakni, rute Bundaran Hotel Indonesia (HI) ke Lebak Bulus dan sebaliknya.
Fase berikutnya, dengan rute Bundaran HI-Kota, sedang dalam tahap pembangunan.
Kini Malaysia yang awalnya tidak ingin melanjutkan proyek kereta cepat ini berubah pikiran.
Baca Juga : Foto Memilukan Seekor Anjing Tak Beranjak dari Jenazah Tuannya yang Mati Tertabrak Kereta
Sebelumnya dilaporkan bahwa Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohammad, kerap melontarkan keenggannya untuk mengambil pinjaman dari China.
Setidaknya ada dua pernyataan Mahathir yang menyatakan ketidakmauannya meminjam uang dari China karena takut tak mampu membayar.
Pada awal Maret misalnya, Mahathir pernah memberikan peringatan kepada Presiden Filipina Rodrigo Duterte untuk tidak begitu saja meneriman pinjaman dari China.
"Jika Anda meminjam sejumlah uang dari China dan tidak bisa membayar, maka si pemberi pinjaman bakal menguasai. Kita harus berhati-hati," ujar Mahathir saat itu, seperti dilansir dari kompas.com.
Baca Juga : Rekaman Detik-detik Ambulans Tertabrak Kereta Karena Nekat Terobos Palang, Seorang Dokter Tewas
Sebelumnya, pada awal Februari, Mahathir sempat menyampaikan rencananya untuk membatalkan proyek kereta cepat yang menggunakan dana pinjaman dari China
"Proyek tersebut akan membuat kami jatuh miskin, jadi kami mengharapkan pengertian dari pihak-pihak terkait bahwa keputusan tersebut bukan karena kami ingin membuat Anda marah."
"Namun karena kami benar-benar ketat soal keuangan," ujar sang perdana menteri seperti dilansir dari kompas.com.
Itu pernyataan beberapa bulan lalu.
Faktanya saat ini, kebijakan pemerintah Malaysia justru bertolak belakang dengan pernyataan tersebut.
Pemerintah Malaysia, Jumat (12/4/2019), akhirnya menyetujui proyek pembangunan jaringan kereta api pantai timur (ECRL) yang dibiayai China.
Menurut The Star, Malaysia Rail Link Sdn Bhd dan China Communications Construction telah menandatangani "perjanjian tambahan", yang akan mengarah pada kelanjutan proyek ECRL.
Kantor Perdana Menteri (PMO) mengungkapkan dalam sebuah pernyataan bahwa perjanjian ini datang setelah berbulan-bulan diskusi antara perusahaan yang terlibat serta pemerintah Malaysia dan China.
Baca Juga : Tak Hanya Kereta Api, Kini Pesawat Juga Ada Kursi Berdirinya Loh
Dalam sebuah pernyataan, PMO mengatakan, "Kami dengan senang hati mengumumkan bahwa biaya konstruksi Tahap 1 dan 2 ECRL kini telah dikurangi menjadi 44 miliar ringgit (Rp 151 triliun)."
"Ini adalah pengurangan 21,5 miliar ringgit (Rp 71 triliun) dari biaya semula 65,5 miliar ringgit (Rp 225 triliun)."
"Pengurangan ini pasti akan menguntungkan Malaysia dan meringankan beban posisi keuangan negara." (Adrie P. Saputra/Suar.ID)