Suar.ID -Selain melalui jalur diplomasi, Indonesia juga menggelar operasi militer besar-besaran untuk merebut Irian Barat (Papua) dari tangan Belanda.
Operasi itu bersandi Operasi Jayawijaya.
Ketika Operasi Jayawijaya dicanangkan sebagai cara paling cepat untuk merebut Irian Barat melalui operasi militer dalam praktiknya sebenarnya tidak mudah.
Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh militer Indonesia adalah keunggulan kekuatan tempur di lautan.
Bagi TNI AL yang saat itu memiliki berbagai jenis kapal perang, khususnya kapal selam sebanyak 12 unit mencapai keunggulan kekuatan tempur di lautan sebenarnya tidak sulit.
Apalagi kekuatan kapal-kapal perang TNI AL pada tahun itu (1960-1963) merupakan yang terbesar di seluruh Asia Tenggara.
Operasi untuk memperoleh keunggulan di laut dalam rangka Operasi Jayawijaya yang kemudian digelar oleh TNI AL tanggal 20-29 Juli 1962 itu bersandi Operasi Cakra.
Sejumlah kapal selam dikerahkan dalam Operasi Cakra.
Tugasnya untuk melancarkan misi pengintaian (recon) di kota-kota pelabuhan Irian Barat.
Kapal selam itu antara lain, RI Nagabanda (503) dikomandani oleh Mayor Pelaut Wignyo Prayitno bertugas memantau kawasan antara Kotabaru-Biak.
RI Trisula (504) dikomandani Mayor Pelaut Teddy Asikin Nataatmaja bertugas memantau kawasan Biak-Yapen.