Bahkan, adiknya yang baru berumur 10 tahun ikut-ikutan mengawasi cara mereka berpakaian dan seringkali memarahi saat mereka ketahuan berada di luar tanpa niqab (semacam cadar).
Reem dan Rawan, dua remaja perempuan ini memutuskan untuk segera meninggalkan keluarga mereka karena tak tahan dengan siksaan yang mereka rasakan.
Reem dan Rawan lalu membuat visa Australia secara diam-diam dan pada September 2018, mereka mengambil paspor mereka.
Baca Juga : Janggal, Polisi Tak Temukan Hal Ini pada Kasus Bidan yang Mengaku Diperkosa 5 Orang di Ogan Ilir
Keduanya pun bergegas ke bandara dan mengambil penerbangan ke Hong Kong.
Namun, di Hong Kong, mereka ditemui oleh sejumlah orang tak dikenal yang membujuk mereka supaya bersedia kembali ke Riyadh, Arab Saudi.
Orang-orang itu juga mengatakan kalau penerbangan mereka menuju Melbourne, Australia telah dibatalkan.
Orang-orang itu ternyata perwakilan dari Konsulat Saudi di Hong Kong.
Reem dan Rawan menduga, orangtua mereka melacak menggunakan Absher.
Sebuah aplikasi dari pemerintah Saudi untuk mengetahui kegiatan kerabat perempuan.
Mereka mencurigai ayahnya melacak melalui nomor paspor yang tertera di aplikasi sehingga bisa melihat nomor penerbangannya.
Keduanya lantas memutuskan untuk tinggal sementara di Hong Kong sebagai wisatawan dan bersembunyi di sana hingga saat ini.