"Banyak orang mendapatkan ide, bahkan idenya muncul secara cepat, tapiuseless, tak berguna kemudian. Nah, di kuliah ini saya tahu itu. Saya belajar cara memahami pasar. sudah tidakngawurlagi, benar-benar tahu pasarlah," papar Diva.
Setelah ikut kompetisibusiness planitu, lanjut Diva, 6 bulan kemudian dia resmi meluncurkan Oh My Ghetuk.
Tapi, penghasilannya yang sudah miliaran rupiah tak membuat mahasiswi semester empat ini jadi malas dan abai dengan tugas kuliah.
"Saya tetap ingin mandiri seperti waktu SD dan SMA, tak mau merepotkan orang tua. Zaman sekarang harus cerdas. Saya mau jadi milenial yang cerdas. Kita punya bisnis harus belajar dari pengalaman orang lain supaya enggak jatuh di bisnis yang sama," kata Diva.
Baca Juga : Begini Kondisi Kamp Auschwitz Nazi Jerman yang Disebut Fadli Zon Lebih Manusiawi Dibanding Sel Ahmad Dhani
Lebih dari itu, lanjut Diva, dia kepingin menyelipkan misi untuk masyarakat dalam bisnisnya, terutama para petani singkong.
Pada awal menekuni bisnis getuk ini, menurut Diva, harga singkong masih Rp 200 perak.
Dari situ dia ingin punyasocial impactpada bisnis yang dilakukannya.
"Maka, target saya di 2019 ini adalah bisa mengedukasi para petani singkong, karena mereka mengaku susah menjual singkongnya. Saya ingin menginspirasi mereka tentangvaluesingkong, mulai dari keripik, gaplek, getuk dan lain-lainnya. Pokoknya, segala cara untuk menaikkan nilai singkong dalam kehidupan sehari-hari mereka," kata Diva.
Diva mengaku yakin, dari sekadar menjual jajanan tradisional, dia bisa membawa getuk bukan saja di kancah nasional, tapi juga internasional.
Untuk itulah, dia aktif menggandeng pebisnis travel, hotel, bahkan dinas pariwisata untuk mengenalkan getuk singkong tersebut.
Dengan harga per bungkus Rp 55.000, Diva yakin getuk yang dijualnya sudah "naik kelas" sebagai oleh-oleh yang menarik, bukan lagi sekadar jajanan warung tradisional.