Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Di Kamp Konsentrasi Maut yang Disebut Fadli Zon Lebih Manusiawi dari Sel Ahmad Dhani Ini Rambut Tahanan Dijadikan Bahan Tekstil

Moh. Habib Asyhad - Kamis, 21 Februari 2019 | 17:45
Bekas alas kaki para tahanan kamp konsentrasi Auschwitz yang sudah dieksekusi dan dikremasi.
Daily Mail

Bekas alas kaki para tahanan kamp konsentrasi Auschwitz yang sudah dieksekusi dan dikremasi.

Setelah kami berputar-putar melihat tempat-tempat peninggalan yang asli, kami menuju museum. Dalam ruang pertama dari museum itu dipancangkan 28 bendera kebangsaan.

Menurut keterangan guide, 4 juta korban itu terdiri dari 28 bangsa. Bagian terbesar terdiri dari bangsa Yahudi lalu bangsa Polandia, Cekoslowakia, Rusia, Amerika, Jerman sendiri, Perancis dll.

Tidak berlebihan kiranya apabila kamp Auschwitz jug a disebut Hall of Nations (Balai bangsa-bangsa).

Dalam ruang kaca yang berikutnya dapat lihat adanya barang-barang peninggalan dari para tawaran yang terbunuh dan tidak sempat dibakar oleh Nazi.

Menurut catatan masih ada: 348.820 stel pakaian pria, 836.525 pakaian wanita, 5.255 pasang sepatu wanita, 38.000 pasang sepatu pria, 13.694 permadani dan masih sempat kami lihat setumpuk sikat gigi, setumpuk tas, sikat pakaian, kaca mata dll.

Jumlah ini sanga sedikit jika dibandingkan dengan jumlah perlengkapan tawanan yang dilucuti.

Diruang berikutnya kami lihat penuh rambut manusia yang beratnya 7 ton. Dan pada semacam etalase dipamerkan kain yang dibuat dari rambut tersebut.

Konon ini hasil dari suatu pabrik di Jerman semasa Nazi berkuasa. Kemudian kami lihat kaIeng-kaleng yang berisi krisfal cyclon B. Tidak ketinggalan dipasangkan foto-foto waktu apel wanita, pria dan anak-anak.

Foto pekerja kamp yang memakai pakaian lorek-lorek. Diantaranya, mereka sedang menggali tanah, mendorong gerbong, menarik silinder.

Foto orang-orang yang sedang kelaparan, kondisi transport dan cara-cara seleksi. Kelihatan dokter-dokter SS sedang berdiri dengan garangnya sementara para tawanan baru antri.

Pada ruang akhir juga dihiasi dengan bendera-bendera kecil dan di dindingnya tertulis : “Never more Auschwitz.”

(Ditulis oleh Basuki Rahardjo. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi November 1971)

Editor : Suar

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x