Sementara wilayah yang lebih besar, Hala'ib, yang letaknya di sebelah utara dari paralel 22 tepat di sebelah Laut Merah, diserahkan kepada Sudan.
Itu karena wilayah tersebut lebih dekat dengan orang-orang Beja yang secara kultural lebih dekat ke Sudan.
Baca Juga : Sebuah Ledakan Terjadi di Mal Taman Anggrek Jakarta Barat
Masalah baru muncul setelah Sudan mencapai kemerdekannya pada tahun 1956.
Pemerintah Sudan yang baru menyatakan perbatasan nasionalnya sebagai yang ditetapkan dalam proklamasi kedua, membuat segitiga Hala'ib menjadi bagian dari Sudan.
Mesir, di sisi lain, menegaskan kedaulatan telah ditetapkan dalam perjanjian 1899, yang menetapkan perbatasan adalah paralel ke-22. Ini membuat segitiga Hala'ib adalah untuk Mesir.
Konflik perbatasan unik ini telah berdampak pada sebidang tanah Bir Tawil.
Baik Mesir maupun Sudan tidak ingin menegaskan kedaulatan apa pun atas Bir Tawil, karena hal itu akan melepaskan hak mereka terhadap segitiga Hala'ib.
Pada peta Mesir, Bir Tawil ditampilkan sebagai milik Sudan. Pada peta Sudan, itu muncul sebagai bagian dari Mesir.
Dalam prakteknya, Bir Tawil secara luas diyakini bukan milik siapa pun — tanah tak bertuan.
Beberapa orang telah mencoba untuk mengklaim Bir Tawil, seperti Dmitry Zhikharev dan temannya Mikhail Ronkainen yang membentangkan bendera Rusia di sana pada 2014 lalu.