Selain itu, Lo juga selalu ingat akan petuah sang ayah bahwa menjadi dokter itu tidak bertujuan untuk memperkaya diri.
”Ayah saya berkali-kali mengatakan, kalau saya mau jadi dokter, ya jangan dagang. Kalau mau dagang, jangan jadi dokter. Makanya, siapa pun orang yang datang ke sini, miskin atau kaya, saya harus terbuka. Saya tidak pasang tarif,” kata Lo dikutip dari Kompas.com (16/7/2009).
Kardiman (45), penjual bakso di samping rumah dokter Lo, mengatakan, para tetangga dan mereka yang tinggal di sekitar rumah dokter itu juga tak pernah diminta bayaran.
”Kami hanya bisa bilang terima kasih dokter, lalu ke luar dari ruang periksa,” katanya.
Bahkan, pasien tak mampu yang menderita sakit parah pun tanpa ragu dikirim Lo ke Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo.
Dengan mengantongi surat dari dokter Lo, pasien biasanya diterima pihak rumah sakit, yang lalu membebankan biaya perawatan kepada Lo.
Selain membuka praktik di rumah, dokter Lo memang bekerja di RS Kasih Ibu di Jl.Slamet Riyadi, Solo. Lo juga pernah menjabat sebagai direktur RS Kasih Ibu.
Hingga di usianya yang kini menginjak 85 tahun, nama Lo selalu terkenang di benak masyarakat Solo dan sekitarnya.
Tak terhitung lagi berapa banyak jiwa yang telah dibantu Lo untuk bisa sembuh dari sakitnya. Walau begitu, Lo pernah mengatakan kalau ia tak suka namanya dibesar-besarkan.
"Sudah, jangan diberita-beritakan. Saya ini kan bukan siapa-siapa," pungkasnya.
Baca Juga : Jusuf Kalla Ungkap Hal yang Membuat Perbedaan Mencolok Saat Jadi Wakil Presiden Era SBY dan Jokowi