Suar.ID -Debat Pilpres 2019 tahap kedua yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta, telah berlangsung Minggu (17/2/2019) pukul 20.00 WIB.
Tema yang diangkat adalah energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam, dan lingkungan hidup.
Banyak pula pengamat yang memberikan penilaian terhadap hasil debat yang dipandu oleh Tommy Tjokro dan Anisha Dasuki semalam.
Tanggapan mengenai debat yang terlalu umum dan tidak terstruktur diungkapkan oleh Akhmad Akbar, Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.
Menurutnya debat kali ini belum bisa secara utuh menggambarkan masalah yang ada, respons pokok calon, strategi, atau programnya untuk mengimplementasikan respons tersebut.
Baca Juga : Mengintip 6 Bisnis Prabowo di Aceh dan Kalimantan Timur
"Seharusnya ada poin-poin pertanyaan yang tegas, seperti 'menurut anda, apakah infrastruktur penting? Mengapa? Jika iya, apa masalah utama terkait infrastruktur kita? Solusi apa yang Anda tawarkan dan akan seperti apa pelaksanaannya?'"
Akhmad Akbar juga mengaku agak ragu dengan data beras yang disampaikan Jokowi.
Sebab, kalau surplus, memang tidak butuh impor. Apalagi surplusnya besar.
Hal ini berkaitan dengan pernyataan Jokowiyang membenarkan bahwa walaupun produksi beras Indonesia surplus 3 juta ton, impor diperlukan untuk stabilisasi harga dan persediaan waspada bencana.
“Penjelasan bahwa itu untuk stok dan lain-lain justru inkonsisten dengan statement beras surplus. Terlebih Jokowi tidak menyebut ekspor beras, karena memang ada produk tertentu yang kita ekspor pas lebih, lalu impor pas kurang. Kalau cuma lebih, tidak perlu impor,” paparnya.
Baca Juga : Inilah Skor Debat Capres 2019 Tahap Dua Menurut Para Pengamat
Tentang unicorn, menurutnya, Prabowo tampak tidak terlalu menguasai.
Poin kesenjangan yang dia angkat ada benarnya, sayang tidak terelaborasi dengan baik.
“Menurut saya, masalah dengan unicorn adalah penguasaan oleh investor asing. Dengan penguasaan mereka yang dominan, pada akhirnya yang paling banyak mendapat nilai tambah dari kemajuan unicorn Indonesia adalah mereka,” kata Akhmad.
Karena itu, perlu dicari cara agar bisa investor kecil lokal diakumulasi atau disindikasi agar bisa investasi ke unicorn-unicorn itu agar nilainya tetap dinikmati orang Indonesia.