Sepanjang aku mulai bisa mengingat, Ibu memang menerapkan tata tertib yang ditanamkan oleh orangtuanya tersebut.
Tambah lagi, ia sebagai pendidik (kuliah di IKIP Bandung), lengkaplah perilakunya sebagai seorang ibu yang dibekali ilmu pendidikan anak.
Ibu mengajar kami berdua untuk sesungguh hati menghayati arti disiplin dalam perilaku kehidupan.
Setelah dewasa, aku kian menyadari bahwa sikap keras, tegas (sering tanpa kompromi) yang ditunjukkannya pada kedua putranya, semata-mata demi kebaikan dan menanamkan nilai-nilai luhur dalam karakter kami.
Sementara Ayah lebih banyak membekali kami dengan pengetahuan umum dan makna hidup.
Secara teori ilmu pendidikan, sikap ibuku yang keras ini merupakan periode pemutusan hubungan kasih sayang.
Pengalaman yang sama sekali tak menyenangkan ini, tak lama berlangsung.
Baca Juga : Ramai Isu Ahok Gantikan Ma'ruf Amin Jadi Cawapres: Ahok Tak Mungkin Bisa Jadi Cawapres
Sekitar enam jam, ibuku menjelaskan apa kesalahan kami yang membuatnya sangat marah. Setelah periode tersebut, tanpa kehilangan wibawanya Ibu kembali menjadi ibu yang penuh perhatian dan kasih sayang.
Karena itu, aku mempunyai kedekatan khusus dengannya yang luar biasa enerjik dan super disiplin.
Dalam usianya yang tak terbilang muda, ia masih aktif berkiprah di bidang yang ia sukai. Kegiatan mana yang sudah dimulainya sejak masa mudanya dulu.
Disiplin, tepat waktu, penuh tanggung jawab itu berjalan dengan napas hidupnya. Wajarlah bila karena sikapnya itu, aku sering mengalami "benturan- benturan" pada masa remaja.