Kesempatan itu datang selewat saya menginjak usia 51 tahun. Kondisi fisik saya relatif baik. Kecuali saat bayi, saya tidak pernah dirawat di rumah sakit.
Saya tahu bahwa pening kepala yang sering menimpa (biasanya sore hari) adalah pertanda stres terhadap pekerjaan – karena selalu hilang sendiri ketika saya sampai di rumah.
Saya juga tahu bahwa itu juga disebabkan oleh tensi saya yang dua tahun belakangan cenderung meningkat 10 poin, baik angka bawah maupun angka atasnya.
Dokter belum menyarankan saya meminum obat pengontrol tekanan darah, tapi mengharuskan saya olahraga (rutin, minimal dua kali seminggu).
Itulah makanya saya memaksakan diri bulutangkis dan treadmill sekali seminggu meskipun sejak muda jarang berolahraga.
Tapi ketika rasa pening kepala semakin sering timbul, saya mulai berpikir tentang sebab lain. Jangan-jangan ada penyumbatan pembuluh darah otak. Yang mencemaskan adalah kalau ada perdarahan yang berujung pada stroke.
Baca Juga : (Video) Momen Mendebarkan ketika Gadis Jatuh dari Gedung 7 Lantai dan Berhasil Selamat Secara Ajaib
Baca Juga : Dua Orang Pakistan Terduga Pelaku Mutilasi Pengusaha Asal Bandung Ditangkap Kepolisian Malaysia
Masuk ke lorong magnetik
Dari media saya tahu informasi tentang dokter Terawan. Nama itu melambung setelah menangani derita stroke Benny Panjaitan dengan metode yang oleh orang awam disebut “cuci otak”.
Seorang petinggi partai, pejabat pemerintahan dan istrinya, juga anggota parlemen tercatat pernah menjalani prosedur itu.
Saya juga mendengar bahwa seorang mantan menteri sembuh dari stroke yang menyerangnya di pagi hari karena segera ditangani dr. Terawan. Istri seorang pejabat pemerintah daerah yang tiba-tiba ambruk karena selalu menjadi sasaran kemarahan suaminya, juga pulih.