Dengan cara itu, selisih 11 hari dengan kalender Masehi bisa diatasi, dan tahun baru Tionghoa tetap jatuh pada musim semi.
Cermin peradaban
Mengapa orang Tionghoa memasukkan unsur musim, sementara Islam melarang?
Penjelasannya bisa hanya mutlak pada faktor kepercayaan, tetapi juga bisa dibahas secara antropologis.
Secara kepercayaan, masyarakat Tionghoa punya keyakinan bahwa tahun baru harus jatuh pada musim semi, saat musim panen tiba.
Musim semi dinilai sebagai momen keberuntungan.
Sement ara itu, dalam Islam, memasukkan unsur musim seperti dilakukan dalam kalender Tionghoa atau masa Quraisy dianggap haram dan mengulur-ulur waktu.
Jika puas dengan penjelasan kepercayaan, mungkin kita lantas menghakimi budaya yang lain.
Namun, jika memahami latar belakang budaya, kita bisa belajar tentang toleransi.
Bagi masyarakat Tionghoa, musim memang penting.
"Tiongkok merupakan bangsa agraris. Jadi, memasukkan unsur musim itu penting," ungkap Hakim.
Sebaliknya, tanah Arab adalah gurun, tak mungkinlah bertani. Arab merupakan wilayah dagang sehingga musim menjadi tak terlalu penting bagi penduduknya. (Yunanto Wiji Utomo/Kompas.com)