Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Begini Perilaku 'Sadis' Raja-raja Mataram saat Meminta Berkah dari Nyai Roro Kidul

Suar.id - Sabtu, 26 Januari 2019 | 17:56
Pangeran Adipati Ario Mangkoe Negoro IV

Pangeran Adipati Ario Mangkoe Negoro IV

Letnan Coster melaporkan (dalam bahasa Belanda yang berlaku abad itu) bagaimana para punggawa tadi " … sonder zadels te paard sitten, en met groene bamboesen tournoijen, waardoor er al veele, als geen kennis daarvan hebbende, hol over bol de grond sogten, tot bijsonder vermaak van den vorst, die sig van lachen niet onthouden kon… " ("...mengendarai, kuda tanpa pelana, bertanding dengan bambu hijau dan karena tidak memiliki keahlian untuk pekerjaan itu, berjatuhan ke tanah, yang menyebabkan Raja begitu geli dan tertawa terbahak-bahak seolah-olah tak dapat berhenti...").

Acara lain, tentu saja, berburu. Tiga kali Sunan berburu di hutan tanpa Coster ikut serta.

la hanya melaporkan bahwa, tanggal 11 September ia menerima kiriman 6 ekor babi-hutan hasil buruan sehari sebelumnya; tanggal 12 September sore ia menerima kiriman 6 ekor babi liar hasil buruan pagi harinya; dan tanggal 16 sore ia menyaksikan iring-iringan Sunan pulang berburu dengan hasil buruan yang tak terhitung jumlahnya.

Tanggal 15 September ketika Sunan berburu di dalam Krapyak Pring Amba, Letnan Coster turut serta. Diceritakannya bahwa, Sunan serta para pembesar lainnya duduk di atas joli yang dipasang di punggung kerbau.

Mereka menanti berderet-deret dengan jarak berjauhan. Kemudian para perajurit dan punggawa menghalau hewan dari arah kiri dan kanan tempat pemburu-pemburu itu menanti, dengan jalan berteriak-teriak dan memukul-mukul kentongan.

Begitu hewan yang terkejut itu berlarian ke arah Sunan menanti, mulailah para pemburu menunjukkan kemahiran masing-masing. Ada yang menembak dengan senapan, ada yang mempergunakan panah dan ada pula yang memakai lembing. Hari itu telah dibantai tidak kurang dari 130 ekor rusa, 5 ekor banteng dan 6 ekor sapi liar.

Di sambut banteng depan pasanggrahan

Tanggal 17 September perjalanan dilanjutkan ke Imogiri dan berkumpul kembali dengan rombongan Ibu Suri yang sudah lebih dahulu tiba dari Kuto Anyar. Dua hari lamanya acara ziarah di sini. Sesudah itu perjalanan dilanjutkan ke daerah Gading di muara sungai Opak.

Begitu tiba, begitu Sunan memerintahkan perajurit-perajuritnya untuk menjelajah hutan-hutan dan menghalau hewan buruan yang ditemui ke arah Krapyak di sisi Barat sungai. Menurut perhitungan Coster sesudahnya, di dalam Krapyak i tu terkumpul 500 ekor banteng, kerbau liar dan sapi liar, serta kira-kira 1300 ekor rusa.

Tiga hari berikutnya Sunan bersemadi di dalam gua di pantai Selatan, sementara Coster dengan beberapa anak-buahnya menanti dalam kemah di tepi pantai.

Ketika tanggal 21 September pagi Coster keluar dari dalam kemahnya, ia melihat Sunan sedang duduk memancing di pantai. Karena hasilnya tidak banyak, Sunan mengajak Coster kembali ke pasanggrahan.

Ternyata di depan Pasanggrahan sudah menanti seekor banteng buas yang diikat pada tonggak kayu. Sunan memerintahkan para pembesar untuk menjadikan banteng itu sebagai sasaran latihan memanah.

Editor : Suar

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x