SUAR.ID–Setelah Surabaya pada tahun 1625 dapat ditundukkan mulailah Sultan Agung mengalihkan perhatiannya ke arah Barat sehingga terjadi lagi ketegangan hubungan dengan Kompeni.
Ketegangan semakin memuncak ketika Mataram menyerang Batavia sampai dua kali (1628 dan 1629).
Meskipun serbuan tersebut gagal, Mataram terus menjalankan politik blokadenya dengan lebih ketat.
Merasa terpojok posisinya, Gubernur Jenderal Jaques Specx memutuskan untuk mengadakan perundingan lagi.
Baca Juga : Bapak dan Anak menyukai Wanita yang Sama, Pertumpahan Darah Pecah di Kerajaan Mataram
Namun agak sukar baginya mencari orang yang mampu dan bersedia dikirim ke ibukota Mataram, karena takut ditawan dan dijadikan sandera.
Akhirnya, van Maseyck yang pernah menjadi duta dan bahkan menjadi tawanan di Mataram memberanikan diri menerima tugas itu.
Kapal yang ditumpanginya merapat di Jepara pada bulan April 1631.
Sejumlah besar barang bingkisan diturunkan dan diatur di pelabuhan dijaga oleh 25 orang serdadu Kompeni di bawah pimpinan Antonio Paulo.
Sementara itu di kejauhan nampak pasukan-pasukan Mataram siap siaga di bawah pimpinan Adipati Demak.
Kedua belah pihak mengibarkan bendera putih sebagai tanda bersedia berunding.
Namun perundingan mencapai jalan buntu dan van Maseyck mundur kembali mendekati anak buahnya.