Suar.ID -Bumi sedang dalam fase yang sangat kritis.
Menurut sebuah laporan terbaru, lautan di bumi ternyata memanas lebih cepat dari yang kita kira sebelumnya.
Hal ini tentu akan mengancam keberagaman kehidupan laut yang juga merupakan pasokan makanan utama bagi manusia.
Menurut laporan AFP via Asia One, hasil riset ini disampaikan oleh para peneliti yang dipimpin Chinese Academy of Sciences pada Kamis (10/1) kemarin.
Baca Juga : Cerita Hijrahnya Uki Noah Usai Dengar Penjelasan Soal Hukum Musik dalam Islam
Laporan yang terbit di jurnal Science itu juga membantah temuan sebelumnya yang menyebut adanya jeda dalam fenomena pemanasan global dalam beberapa tahun terakhir.
Sebuah teknologi terbaru menunjukkan, tidak ada hiatus seperti yang dimaksud di atas.
Hal ini tentu meningkatkan kekhawatiran baru tentang laju perubahan iklim dan pengaruhnya terhadap buffer utama planet ini: lautan.
“Pemanasan samudra adalah indicator perubahan iklim yang sangat penting, dan kami punya bukti kuat bahwa pemanasannya lebih cepat dari yang kami duga,” ujar co-author Zeke Hausfather.
Zeke sendiri merupakan seorang mahasiswa pascasarjana di Energy and Resources Group, University of California, Berkeley, Amerika Serikat.
Menurut laporan AFP, sekitar 93 persen pemanasan di bumi—yang disebabkan oleh rumah kaca akibat pembakaran bahan bakar fosil—terakumulasi di lautan.
Untuk diketahui, laporan ini mengandalkan empat studi yang diterbitkan antara 2014 dan 2017.
Studi-studi tersebut memberikan perkiraan yang lebih tepat dari tren masa lalu terkait pemanasan di lautan yang memungkinkan para peneliti untuk memperharui penelitian itu dan mengasah prediksi untuk masa depan.
Baca Juga : Siswi SMA Benamkan Bayinya yang Baru Lahir di Kloset WC Puskesmas, Orang Tua Tahu Kalau Anaknya Hamil
Dan penelitian tersebut semestinya berterima kasih kepada armada pemantaun lautan yang disebut disebut Argo.
Argo terdiri atas hampir 4.000 robot terapung.
Robot-robot itu melayang di seluruh lautan di dunia.
Setiap beberapa hari robot-robot itu menyelam ke kedalaman 2.000 meter untuk mengukur suhu laut, pH, salinitas laut, dan gangguan lain yang terjadi di dalamnya.
Argo, sebut penelitian itu, telah menyediakan data yang konsisten dan luas tentang kandungan panas lautan sejak pertengahan 2000-an lalu.
Analisis baru menunjukkan, pemanasan di lautan sedang berlangsung seiring dengan naiknya suhu udara.
Baca Juga : 11 Tahun Menikah tapi Tak Berhubungan Seks, Pasangan Berberat Badan Ektrem Putuskan Lakukan Ini
Dan jika tidak ada yang dilakukan untuk mengurangi gas rumah kaca, sebuah pemodelan telah memprediksi, suhu di 2.000 bagian atas laut di seluruh dunia akan naik 0,78 derajat Celcius pada akhir abad ini.
Ekspansi termal akan menaikkan permukaan laut hingga 30 cm—melebihi kenaikan permukaan laut yang disebabkan oleh gletser.
Yang perlu dicatat, pemanasan global di dalam lautan jauh lebih mudah dideteksi dibanding di permukaan.
Dan ini yang membuat para peneliti pusing tujuh keliling.