Menurut dia, Gunung Anak Krakatau aktivitasnya memang meningkat dan mengeluarkan abu vulkanik saat ada letusan, dan kini arah angin sedang mengarah ke timur laut, atau menuju Cilegon.
Sejak Juni 2018 lalu, kata dia, setiap harinya Gunung Anak Krakatau meletus dan mengeluarkan material seperti abu vulkanik.
Namun material tersebut akan menyebar sesuai arah angin, dan kini mengarah ke Cilegon.
Dari pos pemantau di Pasauran pukul 18.00 WIB tadi, kata dia, Gunung Anak Krakatau terpantau ditutupi kabut dan lava panas yang mengalir ke laut.
Sementara tinggi kepulan awan panas mencapai 300 hingga 600 meter di atas kawah.
Masyarakat direkomendasikan untuk tetap beraktivitas seperti biasa, namun tidak mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius lima kilometer.
Baca Juga : 10 Negara dengan Kekuatan Militer Terkuat di Dunia 2018, Indonesia Paling Kuat di Asia Tenggara
"Jangan percaya isu yang menimbulkan kepanikan, jika ingin informasi soal Gunung Anak Krakatau, silahkan datang langsung ke pos pemantauan di Pasauran," pungkas dia.
Abu vulkanik sudah biasa turun
Abu vulkanik Gunung Anak Krakatau yang turun di Cilegon ternyata sudah dianggap biasa saja bagi warga Sirih, Desa Kemasan, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang.
Salah satu warga, Novi, menyebut abu sudah sering turun di kampungnya.
"Sudah biasa sejak beberapa bulan lalu, apalagi sejak tsunami tanggal 22 itu, sering dan hampir tiap hari, suami saya pulang dari masjid sandal sudah ditutupi abu," cerita Novi kepada Kompas.com, Rabu.