Tiap kali menerima surat dan foto dari Theis, batin saya serasa teriris-iris. Seluruhnya ada 9 surat dan 2 foto Theis yang disampaikan lewat Palang Merah Internasional.
Saya sungguh kagum pada ketabahan anak lelaki saya itu. Dalam surat-suratnya, tak pernah sekalipun dia mengeluh.
Baca Juga : Dicuekin Saat Ajak Kenalan, Nur Khamid Akhirnya Malah Nikahi Polly: Bukti Cinta Butuh Perjuangan
Padahal, seperti cerita Adinda, mereka pernah tak makan sampai berminggu-minggu.
Selalu saja dia menulis, "Saya dalam keadaan sehat. Ma. Doakan supaya saya bisa pulang selamat."
Saya pikir, dia ingin menguatkan saya. Dia rupanya khawatir saya jatuh sakit karena terus memikirkan dia.
Di suratnya yang terakhir sebulan lalu (sebelum dia meninggal), dia malah berpesan pada kakak dan adiknya.
Satu per satu dia sebut nama, termasuk juga keponakan-keponakannya.
Dia bilang, "Tolong titip Mama. Sering-seringlah tengok Mama."
Saya pun diminta tak usah sering-sering ke Jakarta dan tenang-tenang saja di Bandung.
"Nanti capek," katanya.
Duh, malangnya nasib Theis. Selama dia disandera, saya membayang-bayangkan, apa yang dia lakukan di sana?